Inspirasi Nilai Antikorupsi Berbasis Kearifan Lokal, Delegasi ASEAN-PAC Sambangi Desa Penglipuran Bali

Sebagai penutup rangkaian pertemuan para pimpinan lembaga antikorupsi di regional ASEAN atau ASEAN-Parties Against Corruption (ASEAN-PAC) ke-20, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengajak para delegasi negara anggota menyambangi Desa Penglipuran, yang berlokasi di Kabupaten Bangli, Bali. Kunjungan ini untuk memberikan pengalaman bagi para delegasi mempelajari nilai-nilai antikorupsi berbasis kearifan lokal yang dipegang teguh oleh masyarakat setempat.
Di sela-sela kunjungan tersebut, Sekretaris Jenderal KPK Cahya Harianto Harefa menceritakan bahwa Desa Penglipuran merupakan cerminan bagaimana kearifan lokal menjadi pilar utama dalam mewujudkan tata kelola yang harmonis, yang mendukung kelestarian budaya dan lingkungan. Hal tersebut semakin terbukti dengan pengakuan internasional dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai salah satu desa adat terbersih di dunia.
“Studi ekskursi ini lebih dari sekadar kesempatan untuk mengagumi pemandangan yang menakjubkan atau menghargai pesona Desa Penglipuran sebagai tujuan wisata semata. Ini adalah kesempatan untuk belajar dan merenungkan nilai-nilai ekologis, sosial, dan budaya yang membuat desa ini begitu luar biasa. Keharmonisan antara masyarakat dan lingkungan alamnya adalah hal yang dapat kita pelajari bersama,” ungkap Cahya, saat menyambut para Delegasi di Pendopo Desa Penglipuran, Kamis (5/12).
Dalam kesempatan ini, delegasi mendapat kesempatan untuk berkeliling dan melihat secara langsung penataan ruang di Desa Penglipuran. Penataan ini terbagi menjadi 3 (tiga) pembagian tata ruang berdasarkan konsep Tri Mandala, yang terdiri atas Utama Mandala (pura/tempat sembahyang), Madya Mandala (tempat tinggal warga desa), dan Nista Mandala (pemakaman penduduk desa).
Pada studi ekskursi ini, delegasi juga diperkenalkan mengenai penataan rumah Desa Penglipuran yang rapi dan seragam. Setiap rumah memiliki pintu gerbang tradisional khas Bali, yaitu angkul-angkul, yang terbuat dari batu bata dan jerami di atasnya. Keunikan ini menjadi ciri khas yang mencerminkan nilai-nilai harmoni, saling menghormati (menunduk saat memasuki pintu atau gerbang rumah), dan keteraturan yang dijunjung oleh masyarakat setempat.
“Saat kita (delegasi) menjelajahi desa ini, marilah kita tetap menghormati adat istiadat dan tradisi yang dijunjung tinggi. Ingatlah untuk menjaga kebersihan dan ketertiban yang sangat dibanggakan oleh Desa Penglipuran. Kesopanan dan rasa hormat terhadap kearifan lokal akan memastikan bahwa kehadiran kita di sini memberikan kontribusi positif bagi desa dan masyarakatnya,” pesan Cahya.
Kunjungan ini juga menjadi momen berbagi pengalaman dan praktik terbaik antarnegara anggota ASEAN-PAC. Para delegasi memiliki kesempatan untuk menyaksikan langsung berbagai inisiatif berbasis komunitas yang diterapkan di Desa Penglipuran. Salah satu delegasi asal Brunei Darussalam, Hasrina Suzanty Jamil, menyampaikan kekagumannya terhadap keindahan alam, budaya, dan kearifan lokal Desa Penglipuran. Ia memberikan apresiasi terhadap pengalaman tersebut.
“Kami sangat menikmati pengalaman berkunjung ke Desa Penglipuran. Ini adalah pengalaman pertama saya desa ini. Terima kasih kepada KPK yang telah menyelenggarakan kunjungan ini dan saya sangat terinspirasi tentang komunitas lokal yang masih tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budayanya hingga sekarang,” ujar Hasrina.
Desa Penglipuran memberikan pengalaman berharga bagi para delegasi, sekaligus menjadi contoh nyata bagaimana pelestarian budaya dan semangat kebersamaan dapat menciptakan harmoni dan daya tarik wisata yang berkelanjutan.
Di kesempatan yang sama, Direktur Pembinaan Jaringan Kerja Sama antar-Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK Kartika Handaruningrum menyampaikan bahwa melalui kegiatan ini diharapkan seluruh delegasi semakin terinspirasi untuk menyadari pentingnya melestarikan budaya dan alam sebagai warisan yang berharga bagi generasi mendatang.
“Sebagai tuan rumah, kami (KPK) memiliki tanggung jawab untuk mengenalkan budaya kepada delegasi. Desa Penglipuran memiliki budaya lokal adat yang masih terjaga turun-temurun. Banyak makna filosofi yang bisa dipelajari, khususnya dalam hal tata kelola desanya, demokratisasi, dan bagaimana mengatur kepentingan bagi rakyat banyak,” terang Kartika.