I Nyoman, seorang anak yatim piatu yang hidup menderita. Kedua saudaranya meninggal dunia sehingga ia hidup sebatang kara. Betapa susah hidupnya, di usia enam tahun ia harus melakukan tugas sebagai orang tua, mulai dari berkebun hingga memasak sendiri.

Ia bertekad, “Saya harus bisa meneruskan hidup.”

Sebelum meninggal, Ibunya memberikan seekor bebek kepadanya.

“Nyoman sayangku. Ibu tidak punya apa-apa, ibu hanya punya memeri. Ibu pungut ia waktu kecil, ia yatim piatu, peliharalah memeri itu baik-baik.”

Setelah ibu meninggal, Nyoman sangat sedih dan sangat menderita. Namun ia tidak merasa kesepian karena memiliki teman, yaitu memeri. Setiap hari Nyoman selalu ditemani memeri.

Suatu hari, memeri hilang. Ia mencari memeri kesayangannya hingga matahari terbenam. Keesokan harinya, ia berangkat sejak pagi untuk mencari memeri. Meskipun ia harus melewati semak-semak yang di kenal angker, ia tetap memberanikan diri demi menemukan memeri yang ia sayangi.

Saat melewati semak-semak angker itu, suara memeri terdengar memanggil dari kejauhan. Nyoman berjalan mengikuti arah suara memeri. Ia justru menemukan seorang paman yang keluar dari gua yang gelap.

Nyoman lalu bercerita bahwa ia sedang mencari memerinya yang hilang. Paman tersebut kemudian menunjukan seekor bebek dewasa yang ia miliki.

“Apakah ini memeri mu?”

Nyoman bilang bahwa itu bukan memerinya. Setiap Paman menunjukan bebek lain, ia selalu mengatakan bahwa itu bukan memerinya. Meskipun bebek yang ditunjukan paman sangat besar, dan bagus. Harganya pun pasti mahal. Namun Nyoman tidak mau mengakui yang bukan miliknya, ia hanya ingin memeri kesayangannya yang kecil, kurus, dan dekil.

Sampai akhirnya, Nyoman mendengar suara memerinya yang sangat ia kenal. Ketika itu juga, memeri keluar dan menghampiri Nyoman. Suara memeri semakin nyaring, ia begitu bahagia melihat Nyoman dihadapannya.

Nyoman sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan memeri. Paman sangat terkagum melihat Nyoman yang begitu jujur. Paman pun memberikan hadiah seekor bebek dewasa untuk Nyoman. Nyoman pun menolaknya.

“Itu bukan hakku,” kata Nyoman.

Paman pun lalu memaksa Nyoman untuk menerima bebek kecil untuk menjadi pasangan hidup memeri. Paman bilang itu adalah hadiah untuk kejujurannya.
Sejak itu, Nyoman menyayangi keduanya dengan adil hingga mereka menjadi bebek dewasa dan bisa menghasilkan banyak telur. Berkat kerja kerasnya, Nyoman menjadi kaya dari usaha berjualan telur bebek.

Kisah itu diceritakan oleh budayawan Bali, I Made Taro dan I Gede Tarmada kepada anak-anak di Lapangan Aron Karangasem, Bali, Rabu (31/7). Kegiatan mendongeng itu dilaksanakan dalam rangkaian perjalanan bus Jelajah Negeri Bangun Antikorupsi yang saat ini sedang berkeliling Provinsi Bali hingga 28 Agustus 2019.

Lewat kisah itu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ingin mengajarkan nilai-nilai antikorupsi kepada anak-anak usia dini. Kisah I Nyoman dan Memeri mengajarkan anak-anak agar selalu jujur, bekerja keras, berani, dan adil.

Koordinator Bus Jelajah Negeri Bangun Antikorupsi Gumilar Prana Wilaga mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mengajak anak-anak belajar mengenai nilai-nilai antikorupsi tanpa menggurui.

“KPK menyiapkan beberapa media pembelajaran untuk memperkenalkan nilai-nilai antikorupsi kepada anak-anak, seperti dongeng, boardgame, permainan tradisional, dan film. Harapannya, kita bisa menyebarkan virus antikorupsi kepada setiap pelajar.”

Siswa kelas 6 SD Negeri 1 Banjar Jawa Made Luna Satria Mananta mengatakan bahwa ia sangat senang setelah mendengarkan dongeng, bermain permainan tradisional, dan bermain boardgame. Menurutnya, dongeng tentang I Nyoman dan Memeri sudah mengajarkan ia agar kita selalu menjadi anak yang jujur, adil dan pekerja keras.

“Pesan yang saya dapatkan itu saya harus senantiasa jujur dan adil. Selain itu kita juga diajarkan kalau kita harus bekerja keras dan jangan mudah menyerah.”

Berkat kegiatan ini, Luna dapat mengetahui sembilan nilai antikorupsi yang bisa menjauhkannya dari sifat serakah. Ia juga berjanji tidak akan pernah berbohong dan akan selalu jujur kepada orang tua.

Sebagai wali kelas 6 A di SD Negeri 1 Banjar Jawa, Yuke Swartini sangat senang dengan kehadiran KPK di Provinsi Bali. Menurutnya kegiatan seperti ini dapat memperkenalkan dan membangun karakter anak yang antikorupsi.

“Kegiatan seperti ini bisa membuat anak terus mengingat nilai-nilai kebaikan yang harus ditanamkan. Agar kelak mereka tidak seperti koruptor yang sudah ditangkap KPK.”

Senada dengan Yuke, budayawan Bali, I Gede Tarmada juga mengatakan bahwa kegiatan ini bisa memperkenalkan nilai-nilai kebaikan kepada anak-anak sedini mungkin. Menurutnya, lewat mendongeng, bermain, dan menonton film anak-anak bisa mendapatkan pesan-pesan tertentu tanpa memberikan materi lewat teori.

“Kegiatan ini sangat cocok dengan anak-anak. Karena mereka suka cerita, bermain dan melukis. Anak-anak lebih gampang menerima pesan dengan apa yang mereka suka dibandingkan secara teori, seperti membaca teori tentang korupsi.”

Kegiatan seperti ini menurutnya cukup efektif untuk menanamkan karakter yang baik kepada anak-anak. Memang hasilnya tidak akan sesegera mungkin. Mungkin, lanjutnya, 20 tahun yang akan datang kita akan melihat anak-anak kita yang memiliki karakter yang baik.

“Seperti menanam tanaman. Kalau kita pelihara dengan baik dari kecil maka mereka akan tumbuh dengan subur. Kita tanamjan dari sekaran dan kemudian kita akan lihat hasilnya saat mereka dewasa,” ujar Gede.

Rangkaian kegitan bus Jelajah Negeri Bangun Antikorupsi akan terus bergerak menghampiri warga di penjuru negeri. Kabupaten Karangasem adalah titik ke 11 dari perjalanan bus jelajah negeri. Selanjutnya, bus milik KPK ini akan berangkat ke Kabupaten Klungkung pada 6 Agustus 2019. Setelah itu KPK juga akan berangkat ke 16 kabupaten/kota lainnya hingga 2 Oktober 2019 nanti.

(Humas)